24 C
Jakarta
Minggu, Maret 26, 2023

Wall Street Kembali Melemah, Investor Khawatir Fed Naikkan Suku Bunga

Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (22/2). Investor berhati-hati terhadap kebijakan yang akan diambil Bank Sentral AS, Fed, soal suku bunga acuan.
Mengutip Reuters, Kamis (23/2), Dow Jones Industrial (.DJI) turun 84,5 poin atau 0,26 persen menjadi 33.045,09, S&P 500 (.SPX) kehilangan 6,29 poin atau 0,16 persen menjadi 3.991,05 dan Nasdaq Composite (.IXIC) bertambah 14,77 poin atau 0,13 persen menjadi 11.507,07.
Risalah dari pertemuan pertama Fed pada 31 Januari-Februari mengungkapkan bahwa hampir semua pejabat bank sentral AS setuju untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi seperempat poin persentase. Ada juga dukungan yang kuat mengenai risiko inflasi yang tinggi tetap menjadi kunci dalam membentuk kebijakan moneter.
Selain itu, kenaikan suku bunga lebih lanjut akan diperlukan sampai dapat dikendalikan. Adapun pesan seperti itu membawa sedikit kejutan dibandingkan apa yang telah dikomunikasikan oleh The Fed dan gubernurnya dalam beberapa pekan terakhir.
Analis Pasar Senior OANDA, Ed Moya mengaku saham secara luas menjadi stabil setelah rilis risalah. Pasalnya, terdapat perdagangan berombak sebelum publikasi mereka.
“Jelas bahwa The Fed bertekad untuk melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga dan mereka akan melakukannya bahkan saat risiko resesi meningkat,” kata Moya.
“Dan itulah mengapa, setelah mencerna risalahnya, Anda melihat pasar sedikit membaik,” tambahnya.
Lebih lanjut, S&P saat ini tengah berada pada laju negatif terpanjang sejak pertengahan Desember dan berakhir di bawah 4.000 poin untuk hari kedua berturut-turut. Kondisi ini merupakan level yang tidak tercatat sejak 20 Januari.
Meski begitu, penurunan yang dialami oleh S&P dan Dow tidak setajam Selasa. Kinerja harian terburuk yang dicatat oleh pasar pada tahun ini.
Hal ini juga menyusul kekalahan pasar pada tahun 2022. Sebab, tiga indeks utama mencatat kenaikan bulanan pada bulan Januari karena investor berharap The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga dan mungkin berputar sekitar akhir tahun.
Namun, saham mengalami volatilitas pada bulan Februari. Sehingga, para pedagang menghargai suku bunga yang lebih tinggi lebih lama dengan asumsi bahwa inflasi tetap lebih tinggi dalam ekonomi yang kokoh.
Moya melihat pelaku pasar uang juga memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya pada 5,35 persen di bulan Juli dan bertahan di sekitar level tersebut hingga akhir tahun 2023.
“Kita akan melihat apa yang terjadi dengan ekuitas, tapi saya pikir momentum penurunan akan memimpin selama beberapa minggu ke depan,” pungkas Moya.

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
5PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles