Bencana ini terjadi sekitar pukul 3 pagi waktu setempat di sisi jalan dekat pertanian Father's Organic Farm dengan fasilitas berkemah sekitar 50 kilometer utara Ibu Kota Kuala Lumpur. Area tersebut terkenal dengan resor, air terjun, dan keindahan alamnya.
Father's Organic Farm memiliki area luas tempat tenda-tenda berdiri. Tanah longsor jatuh dari ketinggian sekitar 30 meter di atas tempat perkemahan, serta berimbas pada area seluas sekitar 0,4 hektare.
Dari lebih dari 90 orang yang terjebak, 60 telah diselamatkan. Selain menelan korban jiwa, bencana tersebut mencederai tujuh orang.
Tim penyelamat menyisir daerah itu untuk mencari sekitar 25 orang yang hilang. Mereka menjelajahi lumpur tebal dan menebang pohon.
“Saya berdoa agar para korban yang hilang dapat segera ditemukan dengan selamat,” cuit Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Perubahan Iklim Malaysia, Nik Nazmi, dikutip dari Reuters, Kamis (16/12).
“Tim penyelamat sudah bekerja sejak awal. Saya akan ke sana hari ini,” imbuhnya.
Tanah longsor sering terjadi setelah hujan lebat pada akhir tahun di Malaysia. Setahun yang lalu, sekitar 21.000 orang mengungsi akibat banjir di tujuh negara bagian di seluruh Malaysia.
Selangor yang merupakan negara bagian paling makmur juga pernah mengalami tanah longsor sebelumnya. Bencana tersebut sering dikaitkan dengan pembukaan hutan dan lahan.
Wilayah ini sedang mengalami musim hujan, tetapi tidak ada hujan lebat atau gempa bumi yang tercatat dalam semalam.
Para ilmuwan mengatakan, peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih sering dan intens karena perubahan iklim.
Pemerintah lantas memberlakukan aturan ketat terkait pembangunan lereng bukit. Namun, tanah longsor terus terjadi setelah cuaca buruk.
Pada Maret, empat orang tewas usai tanah longsor yang dipicu hujan lebat mengubur rumah mereka di pinggiran Kuala Lumpur.