Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut gejolak ekonomi global yang terus berlanjut, menyebabkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tergerus bahkan terus mengalami revisi ke bawah. Volatilitas yang tinggi direspons oleh pengetatan kebijakan moneter.
“Gejolak terus menggerus sisi permintaan dan menyebabkan proyeksi pertumbuhan global direvisi ke bawah,” kata Sri Mulyani, konferensi pers APBN KiTa, Selasa (3/1).
Bendahara negara tersebut mengungkapkan, IMF sudah beberapa kali merevisi pertumbuhan ekonomi global. Pertama 4,4 persen, kemudian direvisi 3,6 persen, hingga menjadi 3,2 persen di akhir 2022.
IMF memperkirakan ekonomi global tahun ini hanya tumbuh 2,7 persen dari proyeksi semula 3,8 persen. Kehati-hatian diperlukan dalam menghadapi ketidakpastian di 2023.
“Ini menggambarkan peta jalan kita ke depan. Tantangan ekonomi akan diwarnai dengan suasana yang mirip 2022, dan pelemahannya mungkin mulai terjadi secara nyata di berbagai belahan dunia,” terang dia.
Meski begitu, Sri Mulyani yakin tren pelemahan ekonomi global tidak akan mempengaruhi Indonesia. Oleh karena itu, dia menilai Indonesia harus bersyukur karena ekonominya bisa tumbuh di atas 5 persen sejak kuartal IV-2021 hingga kuartal III-2022.
“Kami masih memperkirakan momentum pemulihan tetap bertahan. Indonesia tidak akan terpengaruh suasana global, namun daya tahan cukup baik dengan pertumbuhan yang terjaga,” pungkasnya.