31.5 C
Jakarta
Selasa, Juni 6, 2023

Rusia Sangkal Serang Dnipro, Tuduh Ukraina Sebabkan Kerusakan Sendiri

Rusia mengeklaim bahwa pasukannya tidak bertanggung jawab atas serangan mengerikan yang telah menewaskan puluhan orang di Kota Dnipro, Ukraina, pada Sabtu (14/1). Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, yakin sistem pertahanan udara Ukraina sendirilah yang menyebabkan kerusakan di Dnipro.
“Angkatan bersenjata Rusia tidak menyerang bangunan tempat tinggal atau infrastruktur sosial. Mereka menyerang sasaran militer,” jelas Peskov, dikutip dari AFP, Selasa (17/1).
Berdasarkan laporan AFP, sejumlah penduduk terlihat berkumpul di sebelah bangunan tempat tinggal bergaya Soviet yang runtuh akibat serangan di wilayah tengah Ukraina. Mereka berkumpul untuk mengambil minuman dan makanan hangat.
Serangan terbaru tersebut merupakan salah satu yang paling mematikan sejak invasi bermula pada 24 Februari 2022.
Seiring otoritas menyelamatkan lebih banyak mayat dari puing-puing, 40 orang dilaporkan tewas dan 29 lainnya masih belum ditemukan pada Senin (16/1). Angka korban jiwa ini meliputi tiga anak-anak.
Swedia sebagai pemegang kepresidenan Uni Eropa lantas mengutuk keras serangan Rusia.
“Serangan yang disengaja terhadap warga sipil adalah kejahatan perang,” tegas Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson.
Kiev meminta lebih banyak senjata untuk mempertahankan diri, terutama tank canggih model Leopard rancangan Jerman. Ukraina lalu menerima janji pengiriman 14 tank Challenger 2 dari Inggris.
“Janji baru-baru ini untuk peralatan perang berat adalah penting—dan saya mengharapkan lebih banyak lagi dalam waktu dekat,” ujar Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg.
Pengumuman tersebut memicu kecaman dari Presiden Rusia, Vladimir Putin. Dia memperingatkan, lebih banyak persenjataan hanya akan memperparah pertempuran. Kremlin turut bersumpah akan membakar peralatan-peralatan militer itu.
“Tank-tank ini sedang terbakar dan akan terbakar,” kata jubir Putin.
Kecaman ini muncul bersamaan dengan latihan militer gabungan baru antara Rusia dan Belarusia. Belarusia—yang telah menjadi sekutu utama Putin—pernah mengizinkan pasukan Rusia menjadikan wilayahnya sebagai landasan untuk meluncurkan invasi ke Ukraina.
Kementerian Pertahanan Belarusia menjelaskan, latihan angkatan udara tersebut akan melibatkan penerbangan “taktis” bersama dari setiap lapangan terbang di Belarusia.
“Latihan itu murni bersifat defensif,” terang wakil sekretaris negara pertama Dewan Keamanan Belarusia, Pavel Muraveyko.
Lembaga riset Institute for the Study of War mencatat risiko rendah dalam peluncuran serangan baru dari Belarusia.
“Risiko keterlibatan langsung Belarusia sangat rendah,” tulisnya.

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
5PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles