Korea Utara pada Selasa (1/11) mengatakan latihan angkatan udara yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan adalah untuk persiapan kemungkinan invasi dan memperingatkan kedua negara itu akan ada harga mahal jika mereka menyerang Pyongyang.
Dikutip dari AFP, ketegangan yang sangat tinggi di Semenanjung Korut dirasakan dalam beberapa bulan terakhir setelah Washington dan Seoul terus menerus memperingatkan Pemimpin Tertinggi Kim Jong-un terkait uji coba nuklir.
Jika uji coba nuklir dilakukan, maka akan menjadi uji coba ketujuh yang dilakukan Korut dan menjadi yang pertama sejak 2017.
Latihan udara besar-besaran yang dilakukan AS dan Korsel yang disebut dengan Viligant Storm melibatkan lebih dari 200 jet tempur dan dimulai pada Senin (30/10).
Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh Korea Pak Jong-chon mengatakan latihan yang dilakukan negara sekutu itu agresif dan provokatif.
Pak mengatakan, nama latihan itu merujuk pada Operasi Badai Gurun, serangan militer yang dipimpin AS di Irak pada 1990-1992 setelah menginvasi Kuwait.
“Jika AS dan Korsel berusaha menggunakan angkatan bersenjata untuk melawan DPRK tanpa rasa takut, angkatan bersenjata DPRK akan menjalankan misi strategis tanpa penundaan dan AS dan Korsel harus menghadapi kasus yang mengerikan dan membayar harga paling mengerikan dalam sejarah,” kata Pak dalam keterangannya yang diberitakan kantor berita pemerintah, KCNA.
“Perlu dicatat dalam situasi saat ini, adalah kesalahan besar untuk menerima ini sebagai peringatan ancaman saja,” lanjutnya.
Pada Jumat (28/10), militer Korsel mengatakan Korut menembakkan dua rudal balistik jarak pendek. Latihan militer bersama AS dan Korsel membuat Pyongyang geram, yang mereka lihat sebagai latihan untuk invasi.