Presiden Rusia , Vladimir Putin, mengecam kebijakan “destruktif” Ukraina yang menggencarkan pasokan senjata dari Barat pada Senin (16/1). Putin melontarkan komentar tersebut dalam panggilan telepon dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
“[Putin] menyinggung kebijakan 'destruktif' rezim Kiev yang mengandalkan peningkatan aktivitas militer dengan dukungan sponsor-sponsor Barat yang meningkatkan pasokan senjata dan peralatan,” jelas pernyataan pers Kremlin, dikutip dari TASS, Selasa (17/1).
Selama percakapan itu, Putin turut menuduh tetangganya tersebut menolak tawaran gencatan senjata pada Hari Natal Ortodoks yang diperingati pada 7 Januari di Rusia dan Ukraina. Kiev menganggap usulan Putin itu sebagai taktik untuk mengulur waktu.
“Langkah Kiev untuk menolak proposal gencatan senjata Natal [Ortodoks] adalah bukti lain dari kebijakan munafiknya,” tambah pernyataan Kremlin.
Dalam panggilan telepon itu, Putin dan Erdogan kemudian membahas pertukaran tawanan perang yang meliputi tentara yang terluka, baik dari pasukan Rusia dan Ukraina.
“Presiden Erdogan menegaskan kembali bahwa Turki siap memfasilitasi dan menengahi pembentukan perdamaian abadi antara Rusia dan Ukraina,” bunyi pernyataan kepresidenan Turki.
Pekan lalu Inggris telah berjanji akan segera mengirimkan 14 tank jenis Challenger 2 ke Ukraina. Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, lantas menjadi pemimpin negara Barat pertama yang akan memberikan tank berat untuk menjawab seruan dari Ukraina.
Sebelumnya, Prancis juga telah berjanji akan mengirimkan kendaraan pengintai AMX-10 RC buatannya untuk Kiev. Sementara itu, Polandia mengisyaratkan pihaknya bersedia mengirim tank model Leopard.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, meyakini Ukraina bisa menantikan lebih banyak pengiriman senjata berat dari Barat.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kemudian merilis pernyataan terpisah dari Putin. Dia menegaskan, semua tank Inggris yang dijanjikan akan terbakar di medan perang Ukraina.
Peskov menggarisbawahi, rencana negara-negara Barat untuk mengirimkan tank tidak akan mengubah situasi di medan perang, melainkan hanya akan memperpanjang konflik di Ukraina.
“Operasi militer khusus akan berlanjut. Tank-tank ini sedang terbakar dan akan terbakar,” ujar Peskov, dikutip dari AFP.