27.3 C
Jakarta
Jumat, Juni 2, 2023

Presiden Ukraina Undang Xi Jinping Berdialog soal Invasi Rusia

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengundang Presiden China, Xi Jinping, untuk berdialog tentang invasi Rusia. Surat ini diserahkan Ibu Negara Ukraina, Olena Zelenska, kepada delegasi China di Kota Davos, Swiss, pada Rabu (18/1).
Zelensky telah berulang kali berusaha melakukan kontak dengan Xi sejak invasi Rusia ke Ukraina meletus pada 24 Februari 2022. Ia berharap China dapat menggunakan pengaruhnya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.
“[Surat] ini adalah isyarat dan undangan untuk berdialog dan saya sangat berharap akan ada tanggapan atas undangan ini,” ungkap Zelenska, dikutip dari AFP, Kamis (19/1).
Zelenska telah membahas surat tersebut dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang digelar di sebuah resor di Kota Davos pada Selasa (17/1). Dia mengaku memiliki surat berisikan proposal Zelensky kepada Xi untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Zelenska mengatakan, dia juga memiliki surat untuk Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, serta Presiden Swiss, Alain Berset.
“Hari ini saya akan memberikan kepada rekan-rekan yang berpartisipasi di bagian [forum] ini 'surat formula' dari Presiden Ukraina,” ujar Zelenska dalam bahasa Ukraina, dikutip dari Reuters.
Zelensky mempresentasikan rencana perdamaian berisikan sepuluh poin saat berbicara dalam pertemuan G20 pada November 2022. Usulan itu menyerukan penarikan total pasukan Rusia dari Ukraina dan pengadilan kejahatan perang khusus untuk Moskow.
China—yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB sebagaimana Rusia—adalah mitra penting bagi Putin.
Hubungan kedua negara yang disebut-sebut kemitraan “tanpa batas” tersebut memiliki signifikansi mendalam sejak Rusia mengerahkan angkatan bersenjatanya ke Ukraina. Barat memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia.
Kendati demikian, perang di Ukraina merupakan masalah sensitif bagi China. Beijing menahan diri agar tidak mengutuk kampanye militer Moskow, dan memosisikan diri sebagai pihak netral.
Tetapi, China menawarkan dukungan diplomatik kepada sekutu strategisnya, Rusia. Seiring Barat mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas Rusia, Putin pun melirik pasar energi di Asia.
Sekarang, Rusia adalah satu-satunya pemasok minyak terbesar bagi China. Walau begitu, China berhati-hati agar tidak memberikan dukungan material langsung yang dapat memicu sanksi Barat.
Beberapa analis meyakini, China pada akhirnya bisa bertindak sebagai mediator untuk merundingkan akhir dari pertempuran di Ukraina.
Sebab, Zelenska turut menggarisbawahi, perang ini memiliki konsekuensi global yang akan memburuk bila negaranya kalah.
“Bagaimana dunia berharap mencapai netralitas iklim, bila bahkan tidak bisa menghentikan pembakaran kota Ukraina. Inilah yang dilakukan Rusia dengan artileri, rudal, drone Iran,” tutur Zelenska.
“Anda semua tahu bahwa agresi Rusia tidak pernah dimaksudkan untuk berhenti di perbatasan Ukraina. Perang ini dapat bergerak maju dan memicu krisis yang lebih luas bila Ukraina kalah,” lanjutnya.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, pernah menyinggung kekhawatiran akan dampak ekonomi dari konflik yang telah mempengaruhi seluruh dunia tersebut pada September 2022. Dia menyerukan semua pihak untuk mencegah krisis meluas.

Related Articles

Stay Connected

0FansSuka
5PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles