Presiden Kazakhstan , Kassym-Jomart Tokayev, kembali terpilih dan berhasil mengamankan masa jabatan keduanya dalam pemilu yang digelar pada Minggu (20/11). Eks diplomat ini diperkirakan akan memperpanjang kekuasaannya hingga tujuh tahun ke depan.
Menurut laporan dari Komisi Pemilihan Pusat pada Senin (21/11), berdasarkan hasil perhitungan awal Tokayev berhasil memenangkan suara sebesar 81,31 persen.
Terpilih kembalinya Tokayev sebagai pemimpin negara pecahan Uni Soviet itu memiliki mandat yang kuat untuk melanjutkan kebijakan luar negerinya yang semakin independen, terutama dalam menyikapi konflik Rusia-Ukraina.
“Kami dapat mengatakan bahwa rakyat telah menyatakan kepercayaan yang meyakinkan pada saya sebagai presiden dan Anda semua,” tutur Tokayev, mengacu pada pemilik hak suara yang ikut memilih, seperti dikutip dari Reuters.
“Kampanye itu akan tercatat dalam sejarah,” imbuh pria berusia 69 tahun tersebut.
Komisi Pemilihan Pusat mencatat, terdapat sekitar 69,44 persen jumlah pemilih yang berpartisipasi dalam pemilu kali ini. Lima kandidat pesaing Tokayev lain yang kurang populer mendapatkan skor satu digit lebih rendah, sementara pilihan terbanyak kedua adalah sebesar 5,8 persen — yang tidak memilih siapa pun di antara para capres.
Meski begitu, hasil akhir baru akan diumumkan dalam waktu seminggu, setelah perhitungan suara dari luar negeri rampung.
Tokayev memenangkan pemilu pertamanya pada 2019 dengan dukungan dari pendahulunya, Nursultan Nazarbayev. Tetapi, sekarang kedua pemimpin bersaing pada tahun ini di tengah kerusuhan dan kekerasan yang sedang berlangsung di negara berpopulasi 20 juta orang tersebut.
Meski memiliki sumber daya alam yang melimpah, kaya akan minyak bumi, dan terletak di persimpangan rute perdagangan penting, tetapi Kazakhstan sedang menghadapi kekacauan akibat protes atas naiknya biaya hidup dan BBM pada Januari lalu.
Aksi protes itu menewaskan 238 orang — dan Tokayev memerintahkan kekerasan untuk meredam amarah demonstran.
Sejak kericuhan itu, kondisi Kazakhstan memang stabil — tetapi ketegangan tetap ada. Hal ini tampak dari penangkapan tujuh pendukung oposisi pada pekan lalu, yang dituding melakukan percobaan kudeta.
Hasil pemilu terbaru telah mengkonsolidasikan kekuatan Tokayev sebagai pemimpin independen.
Tokayev memenangkan pemilihan pertamanya pada tahun 2019 dengan dukungan pendahulunya Nursultan Nazarbayev, tetapi keduanya berselisih tahun ini di tengah kerusuhan kekerasan di negara berpenduduk 20 juta jiwa itu.
Di sisi lain, pemungutan suara pada hari Minggu mengkonsolidasikan kekuatan Tokayev sebagai pemimpin independen.