Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi ungkap alasan tren harga daging ayam ras terus naik. Salah satunya lantaran penurunan berat ayam saat sudah menjadi karkas atau ayam potong.
Sugeng mencontohkan jika saat hidup ayam memiliki berat sekitar 1,5 kilo, tapi ketika setelah dipotong maka beratnya menyusut menjadi hanya 1 kilo saja.
“Karena ayam hidup 1,5 kilo itu kalau dipotong jadi 1 kilo. Kalau sudah nggak ada bulu dan segala macamnya yang disebut karkas itu jadi 1 kilo. Ini yang menyebabkan memang harus beda, karena ada biaya-biaya, belum termasuk untung. Jadi wajar kalau kemudian ada dinaikkan harganya di tingkat pasar,” jelas Sugeng ketika ditemui di Pasar Kebon Kembang, Bogor, Jumat (23/12).
Selain penurunan berat ayam, permintaan terhadap daging ayam ras juga naik menjelang natal dan tahun baru (nataru), meskipun ia mengatakan tidak ada masalah dari segi pasokan.
“Demand-nya naik, kemudian harganya juga relatif meningkat. Berarti untuk ketersediaannya cukup saja,” katanya.
Sugeng juga tidak menyangkal adanya permainan harga di kalangan pedagang, yaitu dalam bentuk penyamarataan kenaikan harga agar penjualan bisa meningkat.
“Nah itu, saya kira memang ada pedagang tengah ini yang memanfaatkan situasi. Maka kita sering berkoordinasi dengan sesama pelaku usaha agar bagaimana harga ini (di tingkat peternak) bisa naik, bisa meningkat,” pungkas dia.
Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat, harga daging ayam ras rata-rata di DKI Jakarta hari ini, Jumat (23/12) masih melanjutkan kenaikan. Tercatat harga naik Rp jadi Rp37.430 per kilo. Seminggu sebelumnya, pada 16 Desember, harga masih di Rp35.990 per kg.