Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) melaporkan, Korut kembali meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya, pada Jumat (28/10).
Peristiwa ini terjadi ketika Seoul hampir menyelesaikan latihan militer gabungan besar-besarannya dengan Amerika Serikat.
Hingga berita ini diturunkan, pihak militer Seoul belum memberikan rincian lebih lanjut — termasuk seberapa jauh jangkauan penerbangan proyektil belum dapat diketahui.
Namun, di hari yang sama, militer Seoul dijadwalkan untuk menyelesaikan latihan militer lapangan gabungan yang dinamakan Hoguk 22.
Latihan militer gabungan yang bertujuan untuk menghalau ancaman militer Pyongyang itu telah berlangsung selama 12 hari.
Sementara itu, peluncuran rudal balistik kali ini telah mencetak rekor terbaru bagi negara bersenjata nuklir itu untuk melibatkan segala jenis rudal dalam uji coba militernya — termasuk mulai dari jarak pendek hingga rudal balistik antarbenua (ICBM) di tahun yang sama.
Menurut Pyongyang, peluncuran uji coba rudal terbaru ini merupakan bentuk protes terhadap latihan gabungan antara Seoul dan Washington, yang ia anggap provokatif dan awal mula invasi.
Empat hari sebelumnya, pasukan militer Pyongyang dan Seoul baru saja terlibat dalam baku tembak di perbatasan kedua negara, pada Senin (24/10) pekan ini. Dalam beberapa pekan terakhir, Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak pendek dan ratusan artileri di lepas pantai timur dan baratnya.
Mereka saling tuding telah melanggar perbatasan di laut barat. Mengutip dari pernyataan juru bicara Staf Umum Tentara Rakyat Korea Utara, media lokal KCNA melaporkan bahwa mereka menembakkan 10 peluru artileri, setelah sebuah kapal angkatan laut Korea Selatan melanggar NLL (Garis Batas Utara).
“Kami memerintahkan tindakan pencegahan awal untuk mengusir kapal perang musuh dengan menembakkan 10 peluru dari beberapa peluncur roket di dekat perairan di mana gerakan musuh terjadi,” kata juru bicara itu.
Sementara Kepala Staf Gabungan Selatan (JCS) mengatakan, mereka melepaskan tembakan peringatan karena melihat kapal dagang milik Korea Utara melintasi NLL sekitar pukul 3:40 pagi waktu setempat.
“Kami sekali lagi mendesak Korea Utara untuk segera menghentikan provokasi dan tuduhan yang konsisten yang membahayakan perdamaian dan stabilitas semenanjung Korea serta masyarakat internasional,” kata pihak JCS.