Isu BP Batam bakal menaikkan tarif air bersih di Kota Batam santer menjadi perhatian dalam beberapa pekan belakangan. Tak sedikit pula yang menolak wacana tersebut.
Namun, kabar akan ada kenaikan tarif air ini dibantah oleh Kepala BP Batam Muhammad Rudi.
“Isu kenaikan tarif air tidak benar,” tegas Rudi, saat bertemu wartawan.
Menurutnya, isu kenaikan tarif air itu berkembang ke masyarakat usai rapat permasalahan air yang digelar beberapa waktu lalu. Rudi menyebutkan bahwa kabar yang beredar tidak seperti cerita sebenarnya.
Dalam rapat itu, lanjut Rudi, membahas masalah air yang kerap dikeluhkan masyarakat bersama berbagai pihak terkait. Namun cerita tersebut disalahartikan hingga beredar narasi jika BP Batam akan menaikkan tarif air.
“Saya tidak ada wacana [menaikkan tarif air]. Saya hanya bercerita. Kalau saya ingin merevitalisasi seluruh jaringan pipa dan WTP [Water Treatment Plant] itu butuh biaya sampai Rp 4,5 triliun,” sebutnya.
Karena menurutnya, kalau tidak ada alat produksi maka air tidak bisa didistribusikan. Sementara alat yang ada tidak mampu mengcover kebutuhan Kota Batam. Jika tidak mampu maka menurutnya jaringan instalasi dan WTP harus kita ganti.
“Darimana saya cari uang ini. Waktu rapat kita sampaikan, saya akan meminjam kepada PT pemenang ini,” lanjut pria yang juga menjabat Wali Kota Batam tersebut.
Dengan skema demikian, Rudi meyakini perusahaan pemenang tender pengelolaan dapat menyelesaikan masalah distribusi air bersih di Batam.
“Supaya mereka enam bulan ke depan bisa menyelesaikan yang macet-macet ini. Tapi dalam proses penggantian secara umum kita akan jalankan. Yang saya bicara itu. Tapi kok yang berkembang kepada kenaikan tarif air, itu tidak benar,” tandasnya.
Sebelumnya, wacana kenaikan tarif air bersih di Batam yang beredar di masyarakat ini menuai kontroversi. Pasalnya masyarakat menilai jika ada kenaikan tarif tidak sebanding dengan layanan buruk yang kerap dikeluhkan.
“Kami minta pak Rudi selaku pimpinan BP Batam tidak menaikkan tarif air bersih saat krisis pelayanan buruk dari Moya,” ujar salah satu warga, Herlina, Sabtu (21/1).
Menurutnya pula, saat ini tagihan air bersih di Batam sudah cukup tinggi sementara kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan sangat buruk.
“Kami minta pelayanan harus diperbaiki, baru bisa menaikkan tarif air. Ini pelayanan buruk, sudah menaikkan tarif lagi,” sebutnya.
Sementara itu, dalam dua hari terakhir warga Nongsa mengaku kesulitan mendapatkan air bersih. Akibatnya sejumlah warga terpaksa mengambil air dalam kubangan untuk kebutuhan.
“Kami terpaksa mengambil air dari kubangan untuk cuci piring dan lainnya karena distribusi air bersih tidak lancar sudah dua hari ini,” ungkap warga perumahan Permata Bandara, Yoga.
Ia mengaku kesal karena pemerintah tidak sigap menyikapi masalah air tersebut.
“Kami minta pemerintah untuk evaluasi pengelolaan air di Batam. Jangan buat kami menjadi korban,” sebutnya.
Sebelumnya, Humas BP Batam Ariastuty Sirait menyebut PT Moya selaku pengelola sudah mengirimkan mobil tangki air ke sejumlah titik yang terkena dampak mati air total.
Namun warga menilai mobil tangki bukan solusi dalam polemik distribusi air bersih di Batam tersebut.