Setidaknya 3.823 orang di Turki dan Suriah tewas akibat 2 gempa dahsyat yang mengguncang Senin (6/2). BMKG, lembaga yang salah satunya bertugas mengolah dan mengelola data gempa, memberikan analisis mengapa dampak gempa ini begitu dahsyat.
Gempa utama di Turki terjadi di bagian selatan negara pukul 04.17 waktu setempat atau 08.17 WIB.
“Gempa berada di persimpangan tiga Lempeng Anatolia, Arab, dan Afrika,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (7/2).
Gempa tersebut merupakan gempa kerak dangkal yang berasosiasi dengan zona Sesar Anatolia Timur yang mengimbangi dinamika tektonik Lempeng Arab dan Anatolia.
Laju-geser pergerakan Sesar Anatolia Timur yang memicu gempa 'shallow crustal' yang destruktif di Turki Selatan ini memiliki laju geser 6-10 mm/tahun.
Guncangan gempa dahsyat Turki Selatan terjadi di sebelah timur laut pusat gempa (epicenter), dekat Kota Adiyman dan Malaya.
Diperkuat data sebaran gempa susulan menjadi cerminan bahwa rekahan menyebar jauh ke timur laut, ini sesuai/konsisten dengan peta jalur Sesar Anatolia Timur.
Daryono menjelaskan, gempa kuat dan merusak di Turki Selatan 7,8 magnitudo juga dilaporkan memicu tsunami kecil dengan ketinggian tsunami 30 cm di Erdemli.
“Sesar geser memang dapat membangkitkan tsunami karena memiliki beberapa komponen vertikal lokal tidak signifikan atau akibat tanah longsor bawah laut,” ujarnya.
Gempa Kedua yang Dahsyat
Gempa kedua 7,5 M mengguncang beberapa jam kemudian di Anatolia Timur. Daryono menjelaskan, gempa dipicu sumber di luar dari jalur patahan utama, Sesar Anatolia Timur.
“Di luar patahan utama, saya menyebutnya fenomena off fault seismicity-ada sesar lain yang gerak juga,” tutur dia.
Daryono mengatakan, gempa Turki ini memamng dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas gempa tambahan di area yang sama (aftershocks – off fault seismicity), tetapi sama sekali tidak akan memicu gempa dahsyat di tempat lain di dunia.
“Jangan otak-atik gathuk dengan teori rambutan gempa yang tiada dasar,” tegas Daryono.