Pemakaian motor listrik di Aceh lamat-lamat kian bertambah. Bagian dari proses transisi energi masa depan di ujung barat Indonesia.
DARI Kota Sigli, Nofrizal berkendara sepeda motor ke Laweung, Muara Tiga, Kabupaten Pidie. Ia hendak menikmati mie eungkot suree (ikan tongkol) khas daerah pesisir itu.
Pulang pergi jarak sekitar 30 kilometer itu tak membuat Nofrizal khawatir bahan bakar minyak. Sebab, sepeda motor yang ia gunakan jenis kendaraan listrik berbasis baterai.
“Bolak-balik tidak perlu mengecas, tapi sisa baterainya sekitar 10 persen,” kata Nofrizal kepada acehkini, Senin (31/10).
Motor listrik milik Nofrizal merek Gesits, produksi PT Wijaya Karya, Badan Usaha Milik Negara bidang konstruksi. Ia membelinya pada medio September lalu. Kini motor listrik menemani aktivitas sehari-hari karyawan di salah satu BUMN ini.
Selama memakai motor listrik, Nofrizal merasa lebih hemat. Seliter BBM jenis Pertalite Rp 10 ribu di motor biasa, setara sekali cas baterai motor listrik Rp 1.200. Jarak tempuh 50 kilometer.
“Jauh sekali bedanya. Bisa kita bilang hemat sekitar 80 persen. Kemudian enggak perlu ganti oli,” ujar Nofrizal.
Di Aceh, motor listrik salah satunya dijual PT Sinar Distribusi Sumatra. Hendro Saky, direktur distributor Gesits satu-satunya di Tanah Rencong itu melihat peluang mendirikan showroom di Aceh.
Ia terpikat dengan motor listrik karena teknologi lebih canggih. Ihwal bahan bakar jadi tantangan ke depan juga mempengaruhinya. Hendro meyakini era motor bahan bakar bakal mundur.
“Setidaknya fase motor bakar ini akan pelan-pelan selesai, tahapannya bisa 10 atau 15 tahun ke depan,” ujarnya, Jumat (28/10).
Showroom motor listrik akhirnya dibuka di Neusu, Kota Banda Aceh, Kamis 15 September lalu. Peluncuran dihadiri puluhan orang. Hingga akhir Oktober 2022, penjualan motor listrik di sana mencapai 15 unit.
“Kami sudah kirim ke Nagan Raya, Sigli, Aceh Besar. Showroom hanya di Banda Aceh, kalau ada pesanan dari luar kami kirim,” tutur Hendro.
Ia berkeinginan kelak membuka dealer di kabupaten dan kota di seluruh Aceh. Menurutnya, peminat motor listrik banyak, tapi terkendala harga. “Sedikit lebih mahal dibandingkan dengan motor bakar. Harganya Rp 32,8 juta.”
Harga itu dinilai sesuai teknologi di motor listrik. Mutu baterai juga pengaruh. Gesits memiliki dua slot baterai. Tapi yang diberikan ketika membeli motor hanya satu. Pembeli harus menambah Rp 8 juta lagi agar dapat dua baterai. Motor lengkap dua baterai: total harga capai Rp 40 juta.
Baterai seberat 8 kilogram itu dapat tempuh 50 kilometer. Menurut Hendro, jaraknya bisa 120 kilometer bila dua baterai. Pengisian terbilang mudah karena dapat dicas di mana pun. Butuh 3-4 jam mengisinya sampai penuh.
Bila hendak diisi, baterai bisa dilepas. “Mengecas di rumah bisa, sambil ngopi bisa. Motornya di parkir, baterai bisa dicas di warung kopi,” sebut Hendro.
Meniti Transisi Energi
Sejauh ini pembeli motor listrik di Aceh dari kalangan masyarakat. Karena itu, Hendro meyakini proses transisi energi bakal booming (populer) dan motor listrik berbasis baterai akan menggeser motor bakar.
Motor listrik di Aceh dapat momentum saat BBM naik beberapa pekan lalu. Meski belum optimal, membangun ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai, kata Hendro, bukan perkara gampang.
“Apalagi di Aceh belum didukung oleh infrastruktur yang baik, misal Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) belum ada,” ujarnya.
Pemerintah yang mendorong proses transisi energi diharapkan mendukung penyediaan infrastruktur. Karena akan merangsang orang beralih dari kendaraan bahan bakar ke listrik berbasis baterai.
“Harapannya percepatan penyediaan SPBKLU tadi dilakukan oleh Pertamina dan PLN, itu paling penting,” kata Hendro.
Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik
PT Pertamina (Persero) mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV). Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menuturkan kerja sama untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT) itu harus melalui kolaborasi secara inklusif.
Misal, kolaborasi pengembangan ekosistem kendaraan listrik dari industri hulu ke hilir, antara Pertamina, perusahaan patungan Gojek dengan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yaitu Electrum, Gesits, dan perusahaan asal Taiwan yaitu Gogoro.
“Bagi Pertamina sendiri untuk pengembangan EV, kita berencana membangun dari hulu industri baterai sampai infrastruktur pengisian baterai sampai nanti ke recycling,” katanya saat peresmian kolaborasi ekosistem kendaraan listrik, Selasa (22/2) lalu, seperti dilansir kumparan.
Dengan kolaborasi itu, Pertamina akan memperluas jaringan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
Dua fasilitas ini disebut memudahkan masyarakat memakai kendaraan listrik, terutama motor listrik. Sehingga, bisa mengisi daya baterai tidak terbatas di rumah saja.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial & Trading, Alfian Nasution, mengatakan tahap awal akan melakukan pilot komersial stasiun tukar baterai (BSS) di Jakarta yang tersebar di tujuh titik lokasi SPBU Green Energy Station (GES).
“Ini adalah komitmen Pertamina Patra Niaga bersama Electrum dan GESITS mendukung program pemerintah mengenai percepatan transisi energi yakni Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program KBLBB,” ujar Alfian.