Chuck Putranto nekat untuk bertanya kepada Ferdy Sambo . Ia menanyakan apakah Ferdy Sambo menembak Yosua.
Chuck ialah mantan Staf Pribadi (Spri) Ferdy Sambo selaku Kadiv Propam. Polisi dengan pangkat kompol yang sudah dipecat dari Polri itu saat ini ikut terseret kasus dugaan menutupi pembunuhan Yosua bersama Sambo.
Perihal soal pertanyaan tersebut terungkap dalam persidangan lanjutan kasus obstruction of justice atau perintangan penyidikan kematian Brigadir Yosua. Chuck dihadirkan sebagai saksi mahkota untuk terdakwa Arif Rahman Arifin selaku eks Wakadaen B Biropaminal Divisi Propam Polri.
Mulanya, jaksa menanyakan soal BAP dia pada 12 Agustus 2022 kepada penyidik. Saat itu, terungkap Chuck berani bertanya ke Sambo soal peristiwa di Duren Tiga.
“Saksi sempat bertanya kepada saksi FS 'apakah jenderal ada nembak?' kemudian dijawab 'saya tidak menembak, masa kamu tidak percaya saya', kemudian saksi menjawab 'siap'. Benar Saudara bertanya begitu kepada FS? Apa tujuan Saudara bertanya begitu kepada FS?” kata jaksa kepada Chuck, Kamis (12/1).
Chuck pun memberikan penjelasan. Ternyata, dia sengaja mencari waktu untuk memancing jawaban Sambo untuk berterus terang terkait peristiwa di Duren Tiga.
Sebab sebelumnya, dia sudah menyaksikan video CCTV yang memperlihatkan sosok Yosua masih hidup saat Sambo tiba di Duren Tiga. Artinya, Yosua tak tewas dalam tembak menembak dengan Eliezer, saat Sambo belum tiba di lokasi. Hal itu merupakan skenario Sambo menutupi pembunuhan Yosua.
Chuck semakin bingung dengan adanya rekonstruksi terkait penembakan itu. Sebab, semakin meragukan skenario Sambo. Hal itu yang kemudian membuatnya nekat bertanya langsung kepada Sambo untuk mencari tahu hal yang sebenarnya.
Berikut jawaban Chuck atas pertanyaan jaksa itu:
Begitu kita habis menonton (CCTV) situasinya kan kita menjadi bingung kemudian setelah kami menonton dilakukan lagi rekonstruksi saat LP itu berpindah atau ditarik dari Polres (Jaksel) ke Polda Metro, saat itu harusnya Pak FS dan Ibu PC harusnya datang tapi tidak jadi. Jadi yang datang Ricky, Richard, dan Kuat. Richard saat itu sudah di Mako Brimob jadi saya mengantarkan Ricky dan Kuat. Rekonstruksi saat itu yang dilakukan hanya penembakannya saja. Tidak ada berbicara dari datang sampai masuk, jadi hanya berbicara penembakan. Jadi yang dibicarakan penyidik saat itu, karena kami dengar, penyidik Bareskrim ada Labfor juga ada Inafis, dinyatakan bahwa ini pas, tembakan ini pas, sesuai, jadi kita makin bingung kok ini ceritanya jadi seperti ini. Sehingga, sesudah saya memberanikan diri untuk memancing. Pertanyaan itu sebenarnya untuk memancing Pak FS cerita kepada saya. Saat sebelum saya dipatsus waktu itu, karena kan saya sudah paham akan dipatsus, jadi saya bertanya aja kan seperti itu. Itu tujuannya sebenarnya.
“Kalau tanggalnya lupa, apakah ini kejadian setelah Saudara menonton?” kata hakim.
“Setelah menonton (CCTV) Yang Mulia,” jawab Chuck.
“Setelah menonton Saudara berani bertanya ini ya?” tanya hakim lagi.
“Itu karena saat itu sudah…,” jawab Chuck yang dipotong hakim.
“Kalau gitu berapa hari setelah menonton pertanyaan itu muncul?” tanya hakim.
“Jauh Yang Mulia,” jawab Chuck.
Akhirnya didapati ternyata pertanyaan itu muncul bukan pada pertengahan Juli 2022, tetapi pada bulan Agustus 2022. Sehingga Chuck mengakui BAP tersebut salah.
“Tadi saya sampaikan kan bukan di Juli, tapi Agustus sebelum saya dipatsus. Seingat saya bukan di Juli, awal Agustus pada saat sebelum dipatsus,” kata Chuck.
Hakim kemudian bertanya, mengapa Chuck tidak bertanya sesaat sesudah menonton saja. Chuck diketahui menonton video CCTV tersebut pada 12 Juli 2022. Adapun peristiwa kematian Yosua yakni pada 8 Juli 2022.
“Kenapa tidak setelah menonton saja?” tanya hakim.
“Situasinya saat itu tidak memungkinkan Yang Mulia, saya bertanya ke Beliau,” jawab Chuck.
“Karena sudah kena marah 2 kali tadi?” tanya hakim.
“Betul,” jawab Chuck.
Chuck mengaku sudah dimarahi dua kali oleh Sambo terkait dengan CCTV. Pertama karena menyerahkan CCTV itu ke penyidik Polres Jaksel. Kedua saat mempertanyakan perintah Sambo untuk mengambil salinan rekaman dan menonton isi CCTV tersebut dari penyidik Polres Jaksel.
“Toh ujungnya Saudara bertanya juga,” tanya hakim.
“Saat itu kan Beliau, sudah Pati Yanma Yang Mulia,” jawab Chuck.
“Apa itu?” tanya hakim.
“Di Pati Yanma dengan tidak ada jabatan,” jawab Chuck.
“Berarti Saudara berani bertanya itu?” tanya hakim.
“Kalau nonaktif kan masih ada setengah Kadiv Propam setengah tidak,” tanya Chuck.
“Oh gitu ya,” pungkas hakim.
Sebenarnya, jabatan Chuck sebagai spri Sambo tidak ada di struktural Polri. Jabatannya di Divisi Propam ialah PS Kasubbagaudit Baggaketika Rowabprof. Chuck mengakui hal tersebut di persidangan. Dia juga bingung bagaimana menjelaskan soal jabatannya itu.
“Karena saat saya menjadi Spri Pak Kadiv Propam jujur saya Spri itu tidak ada jabatan strukturalnya sehingga SOP-nya juga tidak ada, jadi yang dimiliki jabatan struktural terkait spri itu hanya Bapak Kapolri, Bapak Wakapolri, dan para Kapolda,” kata Chuck.
“Karena Pak Ferdy Sambo mantan Spri, Beliau hanya menyampaikan kepada saya waktu saya pertama masuk ada dua hal yang harus saya jalani. Pertama, saya harus tanggap dalam situasi apa pun, yang kedua yang diminta Beliau bahwa apa yang saya bicarakan secara kedinasan itu sama seperti Pak Kadiv Propam yang berbicara,” sambungnya.
Chuck merupakan terdakwa kasus obstruction of justice dalam kematian Yosua. Dia dijerat bersama dengan 6 polisi lainnya. Mereka adalah Sambo, Hendra Kurniawan, Agus Nurpatria, Arif Rachmat Arifin, Baiquni Wibowo, dan Irfan Kurniawan.