Kabar kematian Nia dan keluarga kecilnya ini disampaikan langsung oleh KBRI Ankara kepada keluarga Nia di Bali. Ayah Nia, Muhammad Sukarmin (58), tak henti meneteskan air mata saat menceritakan anak keduanya itu.
Sukarmin mengungkapkan, sampai saat ini ia belum ada rencana pergi ke Turki meski anak, menantu, dan cucunya sudah dimakamkan di sana. Alasannya, kata Sukarmin, ia belum punya kesiapan secara finansial maupun kesehatan.
“Kalau memang Tuhan menghendaki berangkat, kehendak Tuhanlah, yang penting doa. Nanti doa akan disampaikan oleh yang hidup. Yang mati adalah jasadnya, rohnya tetap menerima [doa]. Tuhan memberikan itu,” kata Sukarmin sambil mengusap air mata saat ditemui di rumahnya, Rabu (8/2) malam.
“Hubungan kita dengan yang meninggal itu dengan rohnya, jasad mati tidak akan menerima apa-apa. Tapi roh, yang didoakan roh, maka yang terima rohnya,” imbuhnya.
Sukarmin mengaku saat ini yang bisa ia lakukan hanya belajar tabah. Sebagai orang tua, Sukarmin hanya bisa berpasrah pada takdir Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Kita hanya bisa berdoa saja. Kita pasrahkan saja, yang penting kita bisa kuat menerima saja. Tapi bagaimana pun saya menahan diri untuk tidak sedih, ya tidak bisa. Saya memang diam tapi air mata tumpah terus,” ungkapnya.
Nia Marlinda berangkat ke Turki sebagai PMI pada 2020 lalu. Setahun kemudian, ia menikah dengan WN Turki, Yasin Calisir, yang berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris. Setelah punya anak, Nia berhenti kerja dan fokus menjadi ibu rumah tangga.
Saat menikah dulu, keluarga Nia tak bisa hadir karena ada pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19. Akhirnya di acara pernikahan itu, pihak Nia diwakilkan oleh KBRI Ankara.
Sejak itu Nia belum pernah pulang kampung. Nia hanya mengandalkan video call untuk saling melepas rindu dengan keluarganya di Tanah Air.
Sebenarnya, sebelum gempa ini terjadi, Nia sudah ada niat untuk pulang namun belum menemukan jadwal pastinya. Bahkan, Nia sudah berpesan kepada orang tuanya agar disiapkan kamar untuk anaknya.
“Minta tolong nanti kamar [bayinya] digambarkan lautan, matahari, burung, dan ombaknya. Itu sudah kita laksanakan, dan saya sudah fotokan hasilnya dan dia bilang, 'Pas'. Dia senang,” kenang Sukarmin.
Kini yang tersisa hanya kenangan. Meski ia belum bisa menengok makam anaknya, namun Sukarmin berharap KBRI Ankara bisa mengirimkan foto atau video penguburan Nia dan keluarga. Dokumentasi itu akan ia simpan untuk mengenang kepergian sang anak tercinta.