Adapun anak-anak mereka adalah I Gede Krisna Adi Pratama (20), Ni Kadek Osiana Murni Savitri (17) dan Ni Komang Divya Aurora Savitri (6).
Jenazah Supini tiba 17 hari usai peristiwa nahas itu atau Kamis (23/2) pukul 16.00 WITA di Bali. Jenazah Supini diantar oleh pemerintah melalui kargo domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dalam sebuah peti mati warna putih.
Ranten, Krisna, Murni dan Aurora didampingi keluarga besar mereka menyambut jenazah Supini. Mereka berusaha tegar menghadapi kenyataan pahit dan menelan dalam ludah untuk menahan air mata jatuh.
Dalam diam mereka mengiringi peti masuk ke dalam mobil ambulans Polri. Ranten langsung memeluk peti menangisi kematian Supini di dalam ambulans. Krisna menundukkan kepala melepas rindu terhadap ibunda.
Dalam diam Ranten dan Krisna tampak kompak menundukkan kepala bak mengheningkan cipta memberi sebuah penghormatan dan doa untuk Supini.
Mereka lalu membawa jenazah ke kampung halaman di Desa Negari, Kabupaten Klungkung. Supini rencananya dikubur pada 10 Maret 2023, dipercaya sebagai hari baik.
“Ibu pekerja keras,” kata Krisna mengenang sosok Supini kepada wartawan.
Supini sejatinya adalah pahlawan keluarga. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan demi biaya hidup keluarga di sebuah hotel selama bertahun-tahun.
Semangatnya tak padam saat dipecat akibat kantornya dicekik situasi pandemi COVID-19. Supini rela jadi TKI ke Turki pada Juli 2022 lalu. Hal ini tak sekadar agar dapur mengepul tapi kebutuhan adat dan sosial di desa terpenuhi.
“Karena semangat (Supini ingin merantau) dia pengen ada perubahan dalam hidup karena banyak tuntutan dari desa maupun dari mana saja sekarang,” Ranten.
Supini terakhir kali berkomunikasi dengan keluarga pada Senin (5/2) malam atau beberapa jam sebelum gempa merenggut nyawa. Supini berpesan kepada Ranten agar menjaga kesehatan dan Krisna menjaga adik-adiknya.
Murni dan Aurora tak banyak terlihat dalam penyambutan jenazah Supini. Mereka masih terguncang dengan kepergian Supini dan didampingi oleh petugas Polri beserta keluarga.