Direktur Transformasi & Digital Bio Farma , Soleh Ayubi mengungkapkan, pihaknya tengah mengkaji varian terbaru COVID-19 yakni XBB dan XBC. Hal tersebut dilakukan untuk membuat vaksin COVID-19 versi terbaru.
Ayub mengungkapkan, saat ini pihaknya menargetkan dapat memproduksi 20 juta dosis vaksin di tahun 2022. Bahkan, dirinya mengeklaim, mampu menggenjot produksi vaksin hingga 120 juta dosis di tahun 2023.
“Target kami tahun ini itu bisa produksi 20 juta dosis vaksin dalam negeri. Kemudian tahun depan jika dibutuhkan bisa digenjot menjadi 120 juta dosis. Itu sudah bisa digunakan menangkal varian baru, tapi yang terbaru (XBB dan XBC) belum, itu sedang kami kerjakan,” kata Ayub dalam Ngobrol Pagi BUMN , Selasa (8/11).
Mengenai efektivitas vaksin untuk varian terbaru, Ayub mengaku masih mengkaji. Jika hasil kajian sudah keluar, Ayub akan segera menginformasikan ke masyarakat.
“Nanti kalau sudah ada, hasil kajian kami studi atau hasil research bahwa versi terbaru bisa menangkal varian terbaru akan kami sebarkan ke publik,” ungkap Ayub.
Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kasus COVID-19 telah mengalami kenaikan sejak 3 minggu terakhir. Hal itu disebabkan karena adanya 3 varian baru yang masuk ke Indonesia, yaitu XBB, BA2.75, dan BQ1.
Kasus Covid hari ini bertambah 3.828 kasus dengan total kasus aktif 37.486 kasus. Sementara jumlah orang yang meninggal hari ini masih tinggi, ada 42 orang.
“Kita lihat ada kenaikan dari jumlah kasus dan hospitalisasi. Kematian rata atau sedikit sekali kenaikannya. Ini terjadi sudah 3 minggu,” kata Budi usai rapat dengan Komisi IX, BPOM, dan BKKBN terkait penanganan stunting di Gedung DPR RI, Senin (7/11).
Budi membeberkan, ciri-ciri dari ketiga varian virus baru tersebut. Ketiganya memiliki ciri kenaikan yang cepat, turun dengan cepat dan juga menyebabkan kematian yang cepat.
“Ciri-ciri ketiga varian ini, mereka naiknya cepat sekali. Tapi turunnya juga cepat sekali. Kematiannya cepet juga naiknya, tapi turunnya juga cepet,” ucapnya.