Kini, sejumlah komunitas yang tergabung dalam Tradisikebaya.id tengah mengupayakan supaya kebaya diakui di mata internasional.
Upaya itu dilakukan melalui gerakan Lenggang Bali Pertiwi yang dilangsungkan di Yellow Garden Adventures, di desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal Kabupatèn Badung. Gelaran ini dilangsungkan selama dua hari Kamis dan Jumat, 27 dan 28 Oktober.
Ketua Asosiasi Komunitas Musisi Indie Kreatif (ASKOMIK), Gatut Suryo mengatakan Gelaran ini melibatkan banyak komunitas yang mendukung kampanye kebaya agar diakui sebagai warisan tak benda milik Indonesia.
“Acara seperti ini sesungguhnya sudah masif dilakukan oleh banyak komunitas di Indonesia, kita berharap supaya pemerintah mempermudah jalan menjadikan kebaya ini sebagai warisan tak benda seperti Reyog juga batik,” ungkapnya Kamis (27/10).
Harapannya, kebaya yang menjadi identitas asli masyarakat di Indonesia tidak diklaim oleh pihak-pihak lain.”Kita berusaha supaya kebaya ini benar-benar diakui oleh mata UNESCO dan tentu tidak di klaim oleh pihak asing,” katanya.
Bagi seorang perempuan, berkebaya tidak saja untuk mengartikulasikan dirinya melalui pakaian, tetapi juga memiliki makna yang lebih luas mulai dari wujud identitas hingga kecintaan pada budaya bangsa. Dulu bahkan sampai sekarang, perempuan selalu mengenakan kebaya dalam setiap aktivitasnya, ke kebun, sawah, pasar segala kegiatan adat hingga perkawinan, kebaya menjadi busana utama.
Gatot menambahkan, dalam rangkaian acara Lenggang Bali Pertiwi dilangsungkan berbagai kegiatan seperti Berkebun, arung jeram Farm-cleaning activities dan Cooking class, Lenggang Berkendara, Vehicle parade, ATV, VW, Seni dan Budaya dan Food Bazar, dan Parade 1000 Kebaya yang diikuti oleh masyarakat.
Nyoman Buda, selaku penyelenggara dan Kepala Desa Bongkasa Pertiwi mengungkap, berbagai kegiatan yang dilangsungkan dalam acara ini untuk mengingkatkan agar kebaya dapat diakui oleh mata internasional.
“Pertama dimulai dari budayanya terlebih dahulu dimana berkebaya salah satu budaya kita. Dengan ini geliat desa bongkasa pertiwi menuju desa wisata akan diakui apalagi ini lenggang desa pertiwi ini kebaya goes to UNESCO ini sangat menarik. Karena kunjungan wisatawan saat ini baru 40 persen dari masa pemulihan pandemi dan dengan adanya acara ini bisa diatas 70 persen,” ungkapnya. (Kanalbali/WIB)