PT Transjakarta mengadakan pelatihan khusus keselamatan kepada seluruh 7.757 sopir armada Transjakarta, baik Mikrotrans, bus sedang, hingga bus besar.
Pelatihan keselamatan ini meliputi pelatihan skill mengendara hingga manajemen konflik, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
Salah satu jenis pelatihan yang dilakukan adalah bagaimana sopir bisa melakukan kontrol emosi sehingga tetap fokus dalam berkendara.
“Anggap bapak-bapak semua sedang membawa keluarga tersayang, pasti pelan-pelan bawa mobilnya kan?” kata salah satu instruktur profesional kepada sopir Mikrotrans.
Para sopir juga melakukan praktik langsung untuk belajar bagaimana bersikap saat berhadapan dengan penumpang. Termasuk saat menghadapi penumpang yang mengamuk.
Untuk sopir bus besar dan sedang, pelatihan akan difokuskan kepada teknis berkendara. Sebab, jika dilihat dari tingkat risiko, bus besar lebih rawan kecelakaan jika dibandingkan Mikrotrans.
“Bus besar panjang dan tinggi itu memiliki titik buta yang banyak. Pramudi tidak mampu melihat anda, melihat mobil, motor apalagi pejalan kaki,” kata Kadiv Keselamatan PT Transjakarta Sri Suari kepada wartawan di Pool PDD, Senin (14/11).
“Kami tidak bisa mengontrol pengguna jalan lain. Yang bisa dikontrol Transjakarta adalah pramudi kami. Kami mengajarkan pramudi untuk waspadalah bahwa banyak objek-objek yang tidak berada dalam jangkauan mata,” lanjutnya.
Harapannya, para sopir memiliki skill defensive driving atau mengemudi dengan mengutamakan keselamatan. Sehingga, angka kecelakaan lalu lintas bisa ditekan.
“Keterampilan ini adalah mengandalkan kepada kewaspadaan. Karena dia waspada, maka dia siap siaga. Dia sadar apa yang harus dilakukan, dengan kesadaran itu tumbuh maka dia mempunya habit, perilaku,” pungkas Sri.