Simone Biles merasakan “Awal Sesuatu yang Baru” pada tahun 2016 ketika gebetannya, Zac Efronmencium pipinya. Kini, ucapan selamat atas kemenangannya di Olimpiade Paris 2024 menjadi momen yang sangat berarti bagi atlet tersebut.
Pesenam berusia 27 tahun itu memimpin negaranya meraih kemenangan bersama rekan satu timnya Sunny LeeBahasa Indonesia: Giok CareyBahasa Indonesia: Yordania ChiliDan Hezly Rivera. Keahliannya dalam atletik dan usahanya di atas matras gym telah diakui di seluruh dunia, termasuk oleh pujaan hatinya semasa kecil. Aktor berusia 36 tahun itu pertama kali bertemu dengan pesenam terhebat sepanjang masa itu di Olimpiade Rio de Janeiro, di mana mereka merekam video viral saat ia mencium pipi Simone.
Dia adalah kita semua karena, seperti yang kita tahu, Zac Efron, alias Troy Bolton, adalah pujaan hati tahun 2000-an.
Sejak momen “cloud 9”-nya bersama Wildcat, mereka telah mempertahankan persahabatan yang saling mendukung. Dengan kemenangannya di tahun 2024, Zac memuji Simone atas kerja kerasnya yang luar biasa dalam memimpin tim menuju kemenangan. “Sangat bangga padamu @simonebiles,” tulisnya di Instagram story-nya, menambahkan emoji hati berbentuk tangan, medali emas, dan kambing pada unggahan Simone yang menyebutnya sebagai “pesenam wanita AS tertua yang memenangkan medali emas Olimpiade (27).”
Itu Musikal Sekolah Menengah Aktor tersebut bahkan berkolaborasi dengan akun olahraga ESPN dan SportsCenter untuk berbagi kenangan foto dari pertemuan pertama mereka.
Lihat postingan ini di Instagram
Simone sebelumnya pernah berbagi pada tahun 2016 bahwa, “setiap orang yang mengenal saya tahu tentang ketertarikan saya yang tak terkendali pada aktor berusia dua puluh sembilan tahun Zac Efron. Saya bahkan punya potongan kardus seukuran aslinya di Texas. Saya suka film-filmnya, tetapi yang paling saya suka adalah dia imut, dan saya dengar dia orang yang baik,” menurut Cosmopolitan.
Ia menambahkan, “ketika akhirnya aku keluar dari belakang Aly, dia mengangkatku ke pinggulnya dan mengecup pipiku. Aku hampir mati. Aku tertawa terbahak-bahak, yang bisa kupikirkan hanyalah, Ini tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Ini terlalu sempurna untuk menjadi kenyataan.”